Kesukses itu Ketika Memperbaiki Proses, Bukan Hasil !




Banyak orang  beranggapan bahwa sukses itu diibaratkan sebuah limpahan materi serta apa yang diinginkan bisa terpenuhi. Dibangku perkuliahan misalnya, sukses itu setelah kita mendapatkan gelar bahkan pekerjaan yang baik . Hal ini menyudutkan bahwa perkuliahan merupakan mediator mencari pekerjaan yang baik serta jabatan yang tinggi. Terlepas dari hal tersebut, arti kata sukses menurut saya adalah “posisi dimana seseorang fokus terhadap niat yang bisa menambah kualitas dirinya menjadi lebih baik dengan selalu memaksimalkan ikhtiar yang bisa dicapai serta menerima dengan ikhlas terhadap apa yang terjadi”.
            Ada sebuah peristiwa dimana saya dan  teman-teman seperjuangan sedang mengikuti praktikum salah satu mata kuliah. Asisten dosen memperkenalkan dirinya lalu memberikan pencerahan tentang langkah ke depan menghadapi perkuliahan serta prospek lulusan dari jurusan kita. Sang Assisten dosen mengabsen satu persatu mahasiswanya dengan melontarkan sebuah pertanyaan “Darimana asal kamu serta kenapa kamu memilih jurusan ini ??” satu per satu pun memperkenalkan diri dan mengutarakan alasan masuk jurusan yang mereka pilih, Setelah semua selesai saya menyimpulkan bahwa arti dari itu lebih diprioritaskan kepada pekerjaan yang ingin mereka capai nanti setelah lulus dari bangku perkuliahan. Saya pun bertanya-tanya apakah benar sebuah kesuksesan adalah ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan ??? Akan tetapi bukankah yang kita inginkan itu belum tentu Alloh ridho kepada kita ?? target memang perlu, akan tetapi tidak menjadi prioritas utama dalam proses menuntut ilmu, yang menjadi prioritas untuk kita adalah memperbaiki, menaklukan diri sendiri menjadi pribadi-pribadi hebat yang bisa bermanfaat bagi orang banyak.
            Jika berpedoman pada hadits Rasululloh SAW yang artinya”Sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain”.  Dapat disimpulkan bahwa  sikap dari diri kita lah yang bisa menentukan kesuksesan yang akan diraih sehingga bisa mencapai ke titik sebaik-baiknya manusia tersebut. Dalam permasalahan tersebut kita sebagai makhluk Sang Pencipta sudah sepantasnya memperbaiki kualitas diri yang benar-benar diridhoi alloh.
            Sebuah kenyataan yang menyudutkan limpahan materilah yang menjadi alat ukur  kesuksesan seseorang. Contoh kecil dikegiatan perkuliahan banyak mahasiswa yang gila akan sebuah nilai yang diberikan oleh sang dosen sehingga mencari-cari peluang walaupun peluang yang buruk untuk bisa mendapatkan yang dia inginkan, dan persepsi bahwa mendapatkan nilai bagus dari sang dosen itulah sebuah kesuksesan dalam mata kuliah, padahal pertanggungjawaban dari yang sudah diraih yang harus benar-benar terfikirkan. Bisa jadi nilai bagus itu malah membuat diri kita angkuh dan tidak bersyukur terhadap segala karunia yang telah diberikan oleh Alloh. Dalam hal inilah perlunya perbaikan niat yang harus benar-benar tertanam. Sebagai manusia biasa yang mempunyai rasa kecewa akan hasil mungkin itu wajar, tapi jika berfikir ke arah positif mungkin saja Alloh akan memberikan sebuah pelajaran hidup yang luar biasa dari peristiwa itu. Tanyakan pada diri ini apakah niat kita kuliah itu apakah hanya untuk mengejar penilaian dari orang lain yang mungkin penilaian orang itu bisa direkayasa sedemikian rupa padahal Alloh Maha Mengetahui terhadap  apa yang terjadi. Semakin kita mencari-cari simpatik dari orang lain kita pasti akan banyak dikecewakan dan hati kita tidak mendapatkan sebuah ketenangan. Hidup akan banyak mengeluh karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, padahal apabila hati kita sudah tertanam niat yang kokoh bahwa Alloh satu-satunya penolong bagi kita maka hidup akan lebih berkualitas dan semakin mantap dalam menjalankan rutinitas kehidupan.Jika kita bisa “Tawakal” tehadap semua kejadian-kejadian yang pahit, berarti makna kesuksesan yang sesungguhnya sedang kita jalani dan ketenangan pun selalu mengiringi kehidupan kita. Cara pandang dan keyakinan seseorang akan menentukan pemecahan permasalahan. Pemecahan permasalahan yang baik lahir ketika cara pandang kita berada di jalur yang menyudutkan bahwa diri sendirilah musuh terbesar dalam hidup, sehingga kita tidak akan sibuk dengan hal-hal yang kurang bermanfaat dan tidak sibuk dengan orang lain. Berbahagia dan berikhtiarlah  kita dengan proses hidup ini karena Alloh Maha Besar atas diri kita.

Penulis : Bobon Mulyana 

0 komentar:

Posting Komentar