Banyak orang beranggapan
bahwa sukses itu diibaratkan sebuah limpahan materi serta apa yang diinginkan
bisa terpenuhi. Dibangku perkuliahan misalnya, sukses itu setelah kita
mendapatkan gelar bahkan pekerjaan yang baik . Hal ini menyudutkan bahwa
perkuliahan merupakan mediator mencari pekerjaan yang baik serta jabatan yang
tinggi. Terlepas dari hal tersebut, arti kata sukses menurut saya adalah “posisi
dimana seseorang fokus terhadap niat yang bisa menambah kualitas dirinya
menjadi lebih baik dengan selalu memaksimalkan ikhtiar yang bisa dicapai serta
menerima dengan ikhlas terhadap apa yang terjadi”.
Ada
sebuah peristiwa dimana saya dan teman-teman seperjuangan sedang
mengikuti praktikum salah satu mata kuliah. Asisten dosen memperkenalkan
dirinya lalu memberikan pencerahan tentang langkah ke depan menghadapi
perkuliahan serta prospek lulusan dari jurusan kita. Sang Assisten dosen
mengabsen satu persatu mahasiswanya dengan melontarkan sebuah pertanyaan
“Darimana asal kamu serta kenapa kamu memilih jurusan ini ??” satu per satu pun
memperkenalkan diri dan mengutarakan alasan masuk jurusan yang mereka pilih,
Setelah semua selesai saya menyimpulkan bahwa arti dari itu lebih
diprioritaskan kepada pekerjaan yang ingin mereka capai nanti setelah lulus
dari bangku perkuliahan. Saya pun bertanya-tanya apakah benar sebuah kesuksesan
adalah ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan ??? Akan tetapi bukankah
yang kita inginkan itu belum tentu Alloh ridho kepada kita ?? target memang
perlu, akan tetapi tidak menjadi prioritas utama dalam proses menuntut ilmu,
yang menjadi prioritas untuk kita adalah memperbaiki, menaklukan diri sendiri
menjadi pribadi-pribadi hebat yang bisa bermanfaat bagi orang banyak.
Jika
berpedoman pada hadits Rasululloh SAW yang artinya”Sebaik-baiknya manusia
adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain”. Dapat disimpulkan
bahwa sikap dari diri kita lah yang bisa menentukan kesuksesan yang akan
diraih sehingga bisa mencapai ke titik sebaik-baiknya manusia tersebut. Dalam
permasalahan tersebut kita sebagai makhluk Sang Pencipta sudah sepantasnya
memperbaiki kualitas diri yang benar-benar diridhoi alloh.
Sebuah
kenyataan yang menyudutkan limpahan materilah yang menjadi alat ukur
kesuksesan seseorang. Contoh kecil dikegiatan perkuliahan banyak mahasiswa yang
gila akan sebuah nilai yang diberikan oleh sang dosen sehingga mencari-cari
peluang walaupun peluang yang buruk untuk bisa mendapatkan yang dia inginkan,
dan persepsi bahwa mendapatkan nilai bagus dari sang dosen itulah sebuah
kesuksesan dalam mata kuliah, padahal pertanggungjawaban dari yang sudah diraih
yang harus benar-benar terfikirkan. Bisa jadi nilai bagus itu malah membuat
diri kita angkuh dan tidak bersyukur terhadap segala karunia yang telah
diberikan oleh Alloh. Dalam hal inilah perlunya perbaikan niat yang harus
benar-benar tertanam. Sebagai manusia biasa yang mempunyai rasa kecewa akan
hasil mungkin itu wajar, tapi jika berfikir ke arah positif mungkin saja Alloh
akan memberikan sebuah pelajaran hidup yang luar biasa dari peristiwa itu. Tanyakan
pada diri ini apakah niat kita kuliah itu apakah hanya untuk mengejar penilaian
dari orang lain yang mungkin penilaian orang itu bisa direkayasa sedemikian
rupa padahal Alloh Maha Mengetahui terhadap apa yang terjadi. Semakin
kita mencari-cari simpatik dari orang lain kita pasti akan banyak dikecewakan
dan hati kita tidak mendapatkan sebuah ketenangan. Hidup akan banyak mengeluh
karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, padahal apabila hati kita sudah
tertanam niat yang kokoh bahwa Alloh satu-satunya penolong bagi kita maka hidup
akan lebih berkualitas dan semakin mantap dalam menjalankan rutinitas
kehidupan.Jika kita bisa “Tawakal” tehadap semua kejadian-kejadian yang pahit,
berarti makna kesuksesan yang sesungguhnya sedang kita jalani dan ketenangan
pun selalu mengiringi kehidupan kita. Cara pandang dan keyakinan seseorang akan
menentukan pemecahan permasalahan. Pemecahan permasalahan yang baik lahir
ketika cara pandang kita berada di jalur yang menyudutkan bahwa diri sendirilah
musuh terbesar dalam hidup, sehingga kita tidak akan sibuk dengan hal-hal yang
kurang bermanfaat dan tidak sibuk dengan orang lain. Berbahagia dan
berikhtiarlah kita dengan proses hidup ini karena Alloh Maha Besar atas
diri kita.
Penulis : Bobon Mulyana





0 komentar:
Posting Komentar